Selasa, 19 November 2013

HEAT EXCHANGER



HEAT EXCHANGER (Alat Penukar Panas)

Makalah Peralatan Industri Kimia

Oleh:
Juni Edi Purba 1611.009
Wulan Dwiyandini 1611.004










JURUSAN TEKNIK KIMIA INDUSTRI
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
Jakarta
2012 


BAB I
PENDAHULUAN
       
Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah uap lewat panas (super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara. Penukar panas merupakan  alat yang dapat memindahkan panas dari satu sistem ke sistem yang lain tanpa terjadi perpindahan massa dari dari sistem satu ke sistem lainnya. Adapun tujuan perpindahan panas antara lain:
a .Memanaskan :   
- Menaikkan suhu
- Merubah fase ( Menguapkan, melarutkan, melelehkan)
-Mempertahan suhu proses (memberi panas proses yang membutuhkan- endhoterm)
b.Mendinginkan : 
- Menurunkan suhu
- Merubah fase ( Mengembunkan, membekukan,dsb)
-Mempertahan suhu proses (mengambil panas proses yang menghasilkan panas – eksotherm)
Alat penukar panas merupakan suatu alat yang menghasilkan perpindahan panas dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih rendah. Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Maksudnya ialah :
a. Alat penukar panas kontak langsung Pada alat ini fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau ruangan. Misalnya ejector, daerator dan lain-lain.
b. Alat penukar panas kontak tak langsung Pada alat ini fluida panas tidak berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti pipa, plat, atau peralatan jenis lainnya. Misalnya kondensor, ekonomiser air preheater dan lain-lain.




BAB II
PRINSIP DAN JENIS HEAT EXCHANGER

A.    Prinsip Kerja Heat Exchanger
1.      Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan  suhu suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah. Pada umumnya perpindahan panas dapat berlangsung melalui 3 cara yaitu secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

a.    Konduksi (hantaran)
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan memberikan panas.
Panas dipindahan sebagai energi kinetik dari suatu molekul ke molekul lainnya, tanpa molekul tersebut berpindah tempat. Cara ini nyata sekali pada zat padat.
Daya hantar panas konduksi (k) tiap zat berbeda-beda. Daya hantar tinggi disebut  penghantar panas (konduktor panas) dan yang rendah adalah penyekat panas (isolator panas ).
    Q  = k * A * (T1-T2) / X   
 A : luas bidang  perpindahan panas
 X : Panjang jalan  perpindahan panas(tebal)
 q  ; panas yang dipindahkan

b.   Konveksi (aliran/edaran)
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat tersebut secara fisik.
Panas dipindahkan oleh molekul-molekul yang bergerak (mengalir). Oleh karena adanya dorongan bergerak. Disini kecepatan gerakan (aliran) memegang peranan penting. Konveksi hanya terjadi pada fluida
      Q  =  h * A * (T2 – T1) 
 h  = koefisien perpindahan panas suatu lapisan fluida.
Q  = panas yang dipindahkan
A  = luas perpindahan panas
Dalam melaksanakan operasi perpindahan panas, perlu diperhitungkan:
·           jumlah panas yang dipindahkan (q)
·           perbedaan suhu (T)
·           tahanan terhadap perpindahan panas (R).

Persamaan utama yg menghubungkan besaran – besaran diatas adalah::
  q = A * (T2 – T1) / R = U * A * (T2 – T1)   
q  = jumlah panas yang dipindahkan
R = tahanan terhadap perpindahan panas
U = 1/R = Koefisien  perpindahan panas keseluruhan, gabungan antara  konduksi dan konveksi (k.W / m2. C )
Harga U atau R tergantung pada :
·      Jenis zat (daya hantar)
·      Kecepatan aliran
·      Ada tidaknya kerak.

c.    Radiasi (pancaran)
Perpindahan panas  tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmugLfghhXL6j9JkpiWyLECCJvHwycDI1HBvD6XR1C9RX4FdyzpO1XcDjMAkIaV8YNGSA0aRST_DypzRc0cgQ11uzeaXPNh1LJOTfmWAyCJSOp9Hop_9TBVKhdNkVduWAmqOvLI4XKvSi0/s1600/1.bmp
Gambar 1. Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger
Panas dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Perpindahan seperti ini tidak memerlukan  zat antara/media.
     Q = σ . T4   
Q  = jumlah panas yang dipancarkan
T  = suhu mutlak
σ = tetapan Stefan – Boltzman, = 4,92 kkal / (jam. m2.K4 )

d.   Hubungan U dengan k dan h
                    1/U   = 1/ha + x/k  + 1/hb                  
Atau
                    R      = Ra   +  Rk  +  Rb                   

Adanya kotoran/endapan (kerak) akan memperbesar tahanan terhadap perpindahan panas atau memperkecil U, sehingga persamaan menjadi:
                    1/U  = R = Ra + Rk + Rb + Rf           
Rf  : tahanan karena fouling (kotoran)

e.    Isolasi Panas
Mencegah kehilangan panas alat –alat, pipa-pipa steam/gas yang bersuhu tinggi ke sekeliling yang suhunya lebih rendah, atau sebaliknya.
Untuk alat-alat dengan suhu rendah, isolasi mencegah masuknya panas karena suhu sekitarnya yang lebih tinggi.Isolasi juga mencegah bahaya yang dapat timbul bila orang menyentuh permukaan benda yang panas atau dingin sekali.

Bahan Isolasi:    - daya hantar panas rendah
                             - dapat menahan arus konveksi
                             - disesuaikan dengan suhu
Permukaan datar: makin tebal, makin sedikit panas yang hilang

f.     Perbedaan Suhu Rata-rata
Dalam perpindahan panas  perbedaan suhu mengendalikan laju pemindahan panas. Suhu fluida dalam alat sering tidak tetap. Untuk perhitungan digunakan perbedaan suhu rata-rata.
               (T2 – t2) – (T1 –  t1)
      ∆T = --------------------------        
Ln (T2 - t2) / (T1 - t1)
Perbedaan suhu ini disebut perbedaan suhu rata-rata logaritma (log mean temperature diffrence) disingkat LMTD
       Q = U * A *(Δ T) LMTD    
Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
a.         Secara kontak langsung
panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui permukaan kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida. Transfer panas yang terjadi yaitu melalui interfase / penghubung antara kedua fluida. Contoh : aliran steam pada kontak langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel padat-kombinasi fluida.

b.         Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

2.      Jenis – jenis Heat Exchanger
Ada beberapa jenis heat exchanger yang banyak digunakan dalam industri, yaitu:
a.         Penukar panas pipa rangkap (double pipe heat exchanger )
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis selongsong dan buluh ( shell and tube heat exchanger ).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0Nbk4xbjkd2fWatKCY1tDuXgdvl4O0iwIF9RKUA95TL4hBDmHuZPyUTtzhplx-OE-KT6Rbh4LkVNlDzOO2VA9nkDZKatW57ydKUinhZ3_feQ4c_T_ILRsORjC7e2DuvP7Xikme-8Aw3_f/s1600/2.bmp
Gambar 2 . Penukar panas jenis pipa rangkap
 (double pipe heat exchanger )

b.          Penukar panas cangkang dan buluh ( shell and tube heat exchanger )
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang ). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal ( residence time ), namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivDtjqzOH7VMagjW196-oorDjS9qL8qj65IuBmbQNo-uiq8Njs0GNgDDafr-IG0hNpMEH2Nc5Wr3j36IWoUHvtqxDwxRQNlY0lB-FsqEBYpeQw3IEbQ40O4Luhyo0MGbWgVOqaXNWS8Q_x/s1600/3.bmp













Gambar 3.Penukar panas jenis cangkang dan buluh
( shell and tube heat exchanger )
Tipe-tipe yang dikenal dari jenis heat exchanger ini adalah  :
1.     Fixed tube sheet
2.     Floating tube sheet
3.     Tipe pipa U
4.     Tipe fixed tube sheet dengan sambungan (bagian) ekspansi pada shellnya.
Dengan  heat exchanger  jenis ini dapat diperoleh luas bidang perpindahan panas  yang besar dengan volume alat yang relative lebih kecil. Untuk pipa bisa dibuat dari berbagai jenis bahan kontruksi, disesuaikan dengan alat sifat korosif fluida yang ditangani. Heat exchanger  ini dapat digunakan untuk pemanasan/penguapan dan pendinginan atau kondensasi segala macam fluida.
1)      Tubes
Pipa yang digunakan dalam heat exchanger  bukanlah pipa – pipa biasa, tetapi pipa-pipa yang khusus dibuat untuk heat exchanger, dibuat dari berbagai material. Umumnya digunakan pipa berukutran diameter luar ¾ inch atau  1 inch. Tetapi tersedia juga pipa-pipa dengan dengan diameter luar1/4;  1,75; 1,50 inch. Tebal pipa dinyatakan dengan kode BWG (Birmingham Wire Gauge). Makin besar bilangan BWG, makin tipis pipanya.
 Misalnaya  : untuk pipa 1 inch
                        BWG   8 mempunyai tebal  0,165 inch
                        BWG  10 mempunyai tebal  0,134 inch
                        BWG   16 mempunyai tebal   0,065 inch
Tersedia BWG mulai dari 8 sampai 18.
Tube terpasang pada tube – sheet dengan pitch 1,25 DO (diameter luar). Formasi pipa dapat membentuk segitiga atau bujur sangkar.
2)      Shell
Biasanya digunakan baja karbon untuk ukuran kecil dapat digunakan pada standar baja karbon. Untuk ukuranbesardibuat dari pelat yang di roll atau di- las. Untuk heat exchanger yang tidak beroperasi pada tekanan tinggi biasa digunakan :
                       Tebal 3/8 in untuk diameter 13 in
                        Tebal 7/8 in untuk diameter 31 in
Sering diberi kelebihan 1/8 in untuk kemungkinan korosi.
3)      Baffle
Dipasang  dengan tujuan untuk mengarahkan aliran didalam shell, sehingga seluruh bagian terkena aliran. Adanya baffle juga memperbesar dan membuat turbulen aliran sehingga didapatkan koefisien perpindahan panas yang besar. Luas baffle lebih kurang 75% penampang shell. Spasi antar baffle tidak lebih dekat dari 1/5 diameter shell, bila terlalu dekat alan didapat kehilangan tekanan yang besar.

c.          Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat tegak lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak ( biasanya terbuat dari karet ). Pelat – pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi empat ) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcdIF4cHdoFUyCwrL0YNeghSw6-wtHxpsCvlwlBRkH8sLPDd84Jc3x-gxON3JosZPnkY59xD4bq2MlIdradxKuRALo5oiOT7g0JNU6BhGLdGnXq8UxXBDm3M90Vkj8eAF3kbwLQXUB8kvz/s320/4.bmp

Gambar 4. Penukar panas jenis pelat and Frame

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhOkg0vuW3q9PwTjIyxyR_F4SxA7AsKHZvKW4owZlSYM9b_Iv2Vw91enakrZX6CCpcYoMZ6Mgxgde2rr3ENN9RbljLzhVvWM6GNSfjoWD471vf_nlP0uZiMqcwpk_sHglkTc89FhZ8b6vj/s320/5.bmp

Gambar 5. Penukar panas jenis pelat and Frame

d.        SDAdiabatic wheel heat exchanger
Jenis keempat penukar panas menggunakan intermediate cairan atau toko yang solid untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain dari penukar panas akan dirilis. Dua contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda besar dengan benang halus berputar melalui cairan panas dan dingin, dan penukar panas cairan.

e.         Pillow plate heat exchanger
Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu untuk susu pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal stainless steel. Pelat bantal memungkinkan untuk pendinginan di hampir daerah seluruh permukaan tangki, tanpa sela yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar tangki. Pelat bantal dibangun menggunakan lembaran tipis dari logam-spot dilas ke permukaan selembar tebal dari logam. 
Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan pola serpentin garis las. Setelah pengelasan ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan yang cukup untuk menyebabkan logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan, menyediakan ruang untuk cairan penukar panas mengalir, dan menciptakan penampilan yang karakteristik bantal membengkak terbentuk dari logam.

f.          Dynamic scraped surface heat exchanger
Tipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot permukaan heat exchanger". Ini terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan tinggi viskositas produk, proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling aplikasi. Kali berjalan panjang yang dicapai karena terus menerus menggores permukaan, sehingga menghindari pengotoran dan mencapai kecepatan transfer panas yang berkelanjutan selama proses tersebut.
g.         Phase-change heat exchanger
Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar panas dapat digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih) atau digunakan sebagai kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke cairan. Pada pabrik kimia dan kilang, reboilers digunakan untuk memanaskan umpan masuk untuk menara distilasi sering penukar panas .
Distilasi set-up biasanya menggunakan kondensor untuk mengkondensasikan uap distilasi kembali ke dalam cairan.Pembangkit tenaga listrik yang memiliki uap yang digerakkan turbin biasanya menggunakan penukar panas untuk mendidihkan air menjadi uap. 
Heat exchanger atau unit serupa untuk memproduksi uap dari air yang sering disebut boiler atau generator uap. Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir yang disebut reaktor air bertekanan, penukar panas khusus besar yang melewati panas dari sistem (pabrik reaktor) primer ke sistem (pabrik uap) sekunder, uap memproduksi dari air dalam proses, disebut generator uap. Semua pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir menggunakan uap yang digerakkan turbin memiliki kondensor permukaan untuk mengubah uap gas buang dari turbin ke kondensat (air) untuk digunakan kembali.
Untuk menghemat energi dan kapasitas pendinginan dalam kimia dan tanaman lainnya, penukar panas regeneratif dapat digunakan untuk mentransfer panas dari satu aliran yang perlu didinginkan ke aliran yang perlu dipanaskan, seperti pendingin distilat dan pakan reboiler pra-pemanasan.
Istilah ini juga dapat merujuk kepada penukar panas yang mengandung bahan dalam struktur mereka yang memiliki perubahan fasa. Hal ini biasanya padat ke fase cair karena perbedaan volume kecil antara negara-negara ini. Perubahan fase efektif bertindak sebagai buffer karena terjadi pada suhu konstan tetapi masih memungkinkan untuk penukar panas untuk menerima panas tambahan. Salah satu contoh di mana ini telah diteliti untuk digunakan dalam elektronik pesawat daya tinggi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUER4xdCB4gBitmOItx0L7CzyoAZp2mMcKfjwiaIg5ZHUbqrcujJfvFtGm7C9MRi3m0JlMoS0RoVv65jyLKxRYVCHDEvK39mFNtXwjr1QJhRMLb-cK-34Ke5VKc7qBFTaDcHSKEH3jY9C1/s1600/7.bmp
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOI2lN0e2XAy-DPKFylGGZ8XgpYR53lNEWS5E9RTmwLJ_KHdz2Zb21yeutBZU3-PhcalqqnbeBhVh0GegInVmiHh2b_7p3Tdemiu0vTI5-wu8efZhgUgC9cF8qHM7NB3Pt9EbWY_Fz5g7t/s1600/6.bmp
Gambar 6. Reboiler atau Generator uap

3.      Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas
Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :
a.              Counter current flow (aliran berlawanan arah)
b.              Paralel flow/co current flow (aliran searah)
c.              Cross flow (aliran silang)
d.              Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

B.     Komponen Heat Exchanger
Pemindahan panas dalam heat exchanger dilakukan dengan mengkontakkan dua fluida melalui suatu bidang pemanas. Fluida pemanas atau pendingin berada dalam suatu jaket, didalampipa atau diluar pipa. Luas bidang pemanas harus cukup (sesuai persamaan perpindahan panas dan kebutuhan panas ). Adapun komponen-komponen dari heat exchanger antara lain:

1.             Heat Exchanger (HE)
Alat  untuk memanfaatkan panas suatu aliran fluida bagi pemanasan aliran fluida lainnya.

2.             Heater
Untuk memanaskan (menaikkan suhu) suatu fluida proses. Sebagai             pemanas digunakan steam atau fluida panas lain yang ada.
3.             Cooler
Untuk pendinginan (menurunkan suhu) suatu fluida proses. Sebagai pendingin digunakan air, udara, atau fluida lain yg perlu dipanaskan.
4.             Condensor
Pendingin (cooler) untuk mengembunkan (mengambil) panas latennya.
5.             Evaporator
Untuk menguapkan air dari larutan dan memperoleh larutan pekat.
6.             Vaporazer
Untuk menguapkan cairan/pelarut yang bukan air.
7.             Reboiler
Penyediankan panas untuk  menguapkan sebagian cairan, misalnya untuk distilasi, absorpsi,  stripping.

C.    Aliran  Multi Pass
Alir fluida  dalam tube sering dibuat beberapa kali melewati shell. Dengan cara ini penampang aliran dalam tube menjadi lebih kecil dan laju linier menjadi besar, sehingga diperoleh koefisien perpindahan panas besar.

D.    Aspek Operasi dan Pemeliharaan
Salah satu masalah utama dalam pemeliharaan HE adalah pengendapan kotoran (fouling) pada permukaan bidang perpindahan panas. Hal ini menyebabkan peningkatan tahanan panas ( koef perpindahan panas mengecil). Fouling juga menambahntahanan terhadap aliran fluida. Bertambahnya tambahan memperbesar beda suhu rata-rata(LMTD).
Endapan yang membentuk kerak pada suatu tempat dapat mengakibatkan pemanasan (meningkatkan suhu) yang berlebihan pada suatu tempat dan dapat merusak pipa/tube (over heating).
Biasanya ”shelland tube heat exchanger” dirancangdengan luas bidang pemanas yang berlebihan dari seharusnya sehingga penurunan koefisien perpindahan panas tidak langsung mengakibatkan penyimpangan besar kinerja(performance) heat exchanger tersebut.              
Bila fouling telah melewati harga tertentu ( kerak semakin tebal), kemampuan pelat/pipa sudah tidak lagi sebagaimana disyaratkan. Sebelum hal ini terjadi ,   alat harus segera dihentikan untuk dibersihkan keraknya.
Kinerja (kemampuan kerja) heat exchanger dapat dievaluasi dengan membuat neraca panas. Untukm itu dikumpulkan data. Untuk memudahkan penetapan kapan penghentian harus dilakukan, dapat dilakukan pengamatan perubahan LMTD dan kehilangan tekanan pada tube (lihat grafik Δ P  atau Δ T LMTD terhadap waktu. HE
Bila  P dan / atau LMTD telah mencapai suatu harga tertentu, berarti fouling sudah cukup banyak dan harus dihentikan untuk dibersihkan.
Tiap heat exchanger punya harga batasnya sendiri-sendiri yangb berlainan dan perlu diamati untuk menetapkan jadwal pemvbersihan, operasi yang tepat (sesuai petunjuk yang diberikan) akan memperpanjang selang waktu pembersihan dan umur heat exchanger.
Saat yang paling menentukan justru pada saat ”start Up” dan ”shut down”, pada saat ini bisa terjadi kejutan panas (perubahan panas tiba-tiba) dan hantaran hidrolik yang dapat menimbulkan tegangan berlebihan dan tidak seimbang yang dapat merusak sambungan-sambungan, pipa, packing dan atau timbul kebocoran.
Laju alir dalam sehell yang terlalu besar (berlebihan dari seharusnya) dapat menimbulkan vibnrasi (getaran) yang sangat membahayakan.


DAFTAR PUSTAKA

Artono Koestoer, Raldi .”Perpindahan Kalor”. Salemba Teknika. Jakarta 2002
Holman, JP. Alih bahasa E.Jasifi. “Perpindahan Kalor”. Penerbit Erlangga.Jakarta.1995
MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P, “ Unit Operation of Chemical Enginering”, 4th ed, Mc.Graw-Hill, New York, 1985, Chapter 11, 12, 15
Kern, DQ, “Process Heat Transfer”, Mc.Graw-Hill, New York, 1965
Kays,W.M. and London, A.L, “Compact Heat Exchanger”, 2 nd Edition McGraw-Hill, New York, 1964
Kern,D.Q. 1952.Process Heat Transfer.
http://www.scribd.com/doc/72839539/5/Jenis-%E2%80%93-jenis-Heat-Exchanger
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18379/3/Chapter%20I
http://www.usu.ac.id/id/files/artikel/shell_Tube
Foust, A.S., et a1., Principles of Unit Operations, John Wiley & Sons, New York, 1980.
Geankoplis, C.J., Transport Process and Unit Operations, A11yn and Bacon Inc., 1987.
Holman, J.P., Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1987.
Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass Transfer, John Wiley &
Sons, 2002.
Kern, D.Q., Process Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1950.
McCabe, Smith dan Harriots, Unit Operations in Chemical Engineering, Mc Graw
Hill,1985.
Richard C. Byrne, Standards of The Tubular Exchanger Manufactures Association, Standars of The Turbular Exchanger Manufactures Association, Inc: New York, 2000