HEAT EXCHANGER (Alat Penukar Panas)
Makalah Peralatan Industri Kimia
Oleh:
Juni Edi Purba 1611.009
Wulan Dwiyandini 1611.004
JURUSAN TEKNIK KIMIA INDUSTRI
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
Jakarta
2012
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
Penukar panas atau dalam industri
kimia populer dengan istilah bahasa
Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas
dan bisa berfungsi sebagai pemanas
maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium
pemanas yang dipakai adalah uap lewat panas
(super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin
(cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan
panas antar fluida
dapat berlangsung secara efisien.
Pertukaran
panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang
memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Penukar panas
sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang
minyak, pabrik kimia
maupun petrokimia, industri gas alam,
refrigerasi,
pembangkit listrik.
Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator
mobil di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara. Penukar panas merupakan
alat yang dapat memindahkan panas dari satu sistem ke sistem yang lain
tanpa terjadi perpindahan massa dari dari sistem satu ke sistem lainnya. Adapun
tujuan perpindahan panas antara lain:
a .Memanaskan :
- Menaikkan suhu
- Merubah fase ( Menguapkan,
melarutkan, melelehkan)
-Mempertahan suhu proses (memberi panas
proses yang membutuhkan- endhoterm)
b.Mendinginkan :
- Menurunkan suhu
- Merubah fase ( Mengembunkan, membekukan,dsb)
-Mempertahan suhu proses (mengambil
panas proses yang menghasilkan panas – eksotherm)
Alat
penukar panas merupakan suatu alat yang menghasilkan perpindahan panas dari
suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi ke fluida yang temperaturnya lebih
rendah. Proses perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Maksudnya ialah :
a.
Alat penukar panas kontak langsung Pada alat ini fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam
suatu bejana atau ruangan. Misalnya ejector, daerator dan lain-lain.
b.
Alat penukar panas kontak tak langsung Pada alat ini fluida panas tidak
berhubungan langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses
perpindahan panasnya itu mempunyai media perantara, seperti pipa, plat, atau
peralatan jenis lainnya. Misalnya kondensor, ekonomiser air preheater dan
lain-lain.
BAB
II
PRINSIP
DAN JENIS HEAT EXCHANGER
A.
Prinsip Kerja Heat Exchanger
1. Prinsip
dan Teori Dasar Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk
energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses, panas dapat
mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan tekanan,
reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas
dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang panas akan bercampur secara
langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung,
yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak berhubungan
langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah. Pada umumnya perpindahan
panas dapat berlangsung melalui 3 cara yaitu secara konduksi, konveksi, dan
radiasi.
a.
Konduksi
(hantaran)
Merupakan perpindahan panas antara
molekul-molekul yang saling berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan
tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik. Molekul-molekul
benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul benda yang
berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini, tenaganya
dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang
lebih cepat maka akan memberikan panas.
Panas dipindahan sebagai energi
kinetik dari suatu molekul ke molekul lainnya, tanpa molekul tersebut berpindah
tempat. Cara ini nyata sekali pada zat padat.
Daya hantar panas konduksi (k) tiap
zat berbeda-beda. Daya hantar tinggi disebut
penghantar panas (konduktor panas) dan yang rendah adalah penyekat panas
(isolator panas ).
Q = k * A * (T1-T2) / X
A : luas bidang perpindahan panas
X : Panjang jalan perpindahan panas(tebal)
q ;
panas yang dipindahkan
b. Konveksi (aliran/edaran)
Perpindahan panas dari suatu zat ke
zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat tersebut secara fisik.
Panas dipindahkan oleh
molekul-molekul yang bergerak (mengalir). Oleh karena adanya dorongan bergerak.
Disini kecepatan gerakan (aliran) memegang peranan penting. Konveksi hanya
terjadi pada fluida
Q
= h * A * (T2 – T1)
h =
koefisien perpindahan panas suatu lapisan fluida.
Q
= panas yang dipindahkan
A
= luas perpindahan panas
Dalam melaksanakan operasi perpindahan
panas, perlu diperhitungkan:
·
jumlah
panas yang dipindahkan (q)
·
perbedaan
suhu (T)
·
tahanan
terhadap perpindahan panas (R).
Persamaan utama yg menghubungkan besaran
– besaran diatas adalah::
q = A * (T2 – T1) / R = U * A * (T2 – T1)
q
= jumlah panas yang dipindahkan
R = tahanan terhadap perpindahan
panas
U = 1/R = Koefisien perpindahan panas keseluruhan, gabungan
antara konduksi dan konveksi (k.W / m2.
C )
Harga U atau R tergantung pada :
· Jenis zat (daya hantar)
· Kecepatan aliran
· Ada tidaknya kerak.
c. Radiasi (pancaran)
Perpindahan panas tanpa
melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat dihantarkan dari
suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin) dengan
pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan
berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.
Gambar 1. Perpindahan Kalor pada
Heat Exchanger
Panas dipancarkan dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Perpindahan seperti ini tidak memerlukan zat antara/media.
Q = σ .
T4
Q
= jumlah panas yang dipancarkan
T
= suhu mutlak
σ = tetapan Stefan – Boltzman, =
4,92 kkal / (jam. m2.K4 )
d. Hubungan U dengan k dan h
1/U = 1/ha + x/k
+ 1/hb
Atau
R =
Ra + Rk
+ Rb
Adanya kotoran/endapan (kerak) akan
memperbesar tahanan terhadap perpindahan panas atau memperkecil U, sehingga
persamaan menjadi:
1/U = R = Ra + Rk + Rb + Rf
Rf
: tahanan karena fouling (kotoran)
e. Isolasi Panas
Mencegah kehilangan panas alat
–alat, pipa-pipa steam/gas yang bersuhu tinggi ke sekeliling yang suhunya lebih
rendah, atau sebaliknya.
Untuk alat-alat dengan suhu rendah,
isolasi mencegah masuknya panas karena suhu sekitarnya yang lebih
tinggi.Isolasi juga mencegah bahaya yang dapat timbul bila orang menyentuh
permukaan benda yang panas atau dingin sekali.
Bahan Isolasi: - daya hantar panas rendah
- dapat menahan
arus konveksi
- disesuaikan
dengan suhu
Permukaan datar: makin tebal, makin
sedikit panas yang hilang
f.
Perbedaan Suhu
Rata-rata
Dalam perpindahan panas perbedaan suhu mengendalikan laju pemindahan
panas. Suhu fluida dalam alat sering tidak tetap. Untuk perhitungan digunakan
perbedaan suhu rata-rata.
(T2 – t2) – (T1 – t1)
∆T = --------------------------
Ln (T2 - t2) / (T1 - t1)
Perbedaan suhu ini disebut perbedaan
suhu rata-rata logaritma (log mean temperature diffrence) disingkat LMTD
Q = U * A *(Δ T) LMTD
Pada Dasarnya prinsip kerja dari
alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari dua fluida padatemperatur
berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung ataupun
tidak langsung.
a.
Secara
kontak langsung
panas yang dipindahkan antara fluida
panas dan dingin melalui permukaan kontak langsung berarti tidak ada dinding
antara kedua fluida. Transfer panas yang terjadi yaitu melalui interfase /
penghubung antara kedua fluida. Contoh : aliran steam pada kontak langsung
yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan
partikel padat-kombinasi fluida.
b.
Secara
kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara
fluida panas dandingin melalui dinding pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida
akan mengalir.
2. Jenis –
jenis Heat Exchanger
Ada beberapa jenis heat exchanger
yang banyak digunakan dalam industri, yaitu:
a.
Penukar
panas pipa rangkap (double pipe heat exchanger )
Salah satu jenis penukar panas
adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan
arah aliran atau arah aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang
terkandung dalam ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap
terdiri dari dua pipa logam standart yang dikedua ujungnya dilas menjadi satu
atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam
pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus antara pipa luar
dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir
fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas
yang lebih besar digunakan penukar panas jenis selongsong dan buluh ( shell and
tube heat exchanger ).
Gambar 2 . Penukar panas jenis pipa
rangkap
(double pipe heat
exchanger )
b.
Penukar panas cangkang dan buluh ( shell and
tube heat exchanger )
Alat penukar panas cangkang dan
buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang dihubungkan secara parallel dan
ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang ). Fluida yang satu mengalir di
dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah
yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada
penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi
pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang
sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan
menambah waktu tinggal ( residence time ), namun pemasangan sekat akan
memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju
alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
Gambar 3.Penukar panas jenis
cangkang dan buluh
( shell and tube heat exchanger )
Tipe-tipe yang dikenal dari jenis
heat exchanger ini adalah :
1. Fixed
tube sheet
2. Floating
tube sheet
3. Tipe pipa
U
4. Tipe
fixed tube sheet dengan sambungan (bagian) ekspansi pada shellnya.
Dengan heat exchanger jenis ini dapat diperoleh luas bidang
perpindahan panas yang besar dengan
volume alat yang relative lebih kecil. Untuk pipa bisa dibuat dari berbagai
jenis bahan kontruksi, disesuaikan dengan alat sifat korosif fluida yang
ditangani. Heat exchanger ini dapat
digunakan untuk pemanasan/penguapan dan pendinginan atau kondensasi segala
macam fluida.
1) Tubes
Pipa yang digunakan dalam heat
exchanger bukanlah pipa – pipa biasa,
tetapi pipa-pipa yang khusus dibuat untuk heat exchanger, dibuat dari berbagai
material. Umumnya digunakan pipa berukutran diameter luar ¾ inch atau 1 inch. Tetapi tersedia juga pipa-pipa dengan
dengan diameter luar1/4; 1,75; 1,50 inch.
Tebal pipa dinyatakan dengan kode BWG (Birmingham Wire Gauge). Makin besar
bilangan BWG, makin tipis pipanya.
Misalnaya
: untuk pipa 1 inch
BWG 8 mempunyai tebal 0,165 inch
BWG 10 mempunyai tebal 0,134 inch
BWG 16 mempunyai tebal 0,065 inch
Tersedia BWG mulai dari 8 sampai 18.
Tube terpasang pada tube – sheet
dengan pitch 1,25 DO (diameter luar). Formasi pipa dapat membentuk segitiga
atau bujur sangkar.
2) Shell
Biasanya digunakan baja karbon untuk
ukuran kecil dapat digunakan pada standar baja karbon. Untuk ukuranbesardibuat
dari pelat yang di roll atau di- las. Untuk heat exchanger yang tidak
beroperasi pada tekanan tinggi biasa digunakan :
Tebal 3/8 in untuk
diameter 13 in
Tebal 7/8 in untuk
diameter 31 in
Sering diberi kelebihan 1/8 in untuk
kemungkinan korosi.
3) Baffle
Dipasang dengan tujuan untuk mengarahkan aliran
didalam shell, sehingga seluruh bagian terkena aliran. Adanya baffle juga
memperbesar dan membuat turbulen aliran sehingga didapatkan koefisien
perpindahan panas yang besar. Luas baffle lebih kurang 75% penampang shell.
Spasi antar baffle tidak lebih dekat dari 1/5 diameter shell, bila terlalu
dekat alan didapat kehilangan tekanan yang besar.
c.
Penukar Panas Plate and Frame ( plate and
frame heat exchanger )
Alat penukar panas pelat dan bingkai
terdiri dari paket pelat – pelat tegak lurus, bergelombang, atau profil lain.
Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak ( biasanya terbuat
dari karet ). Pelat – pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat penekan
yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi empat ) terdapat lubang
pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar
pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan
ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
Gambar 4. Penukar panas jenis pelat
and Frame
Gambar 5. Penukar panas jenis pelat
and Frame
d.
SDAdiabatic
wheel heat exchanger
Jenis keempat penukar panas
menggunakan intermediate cairan atau toko yang solid untuk menahan panas, yang
kemudian pindah ke sisi lain dari penukar panas akan dirilis. Dua contoh
ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda besar dengan benang halus
berputar melalui cairan panas dan dingin, dan penukar panas cairan.
e.
Pillow
plate heat exchanger
Sebuah pelat penukar bantal umumnya
digunakan dalam industri susu untuk susu pendingin dalam jumlah besar langsung
ekspansi tank massal stainless steel. Pelat bantal memungkinkan untuk
pendinginan di hampir daerah seluruh permukaan tangki, tanpa sela yang akan
terjadi antara pipa dilas ke bagian luar tangki. Pelat bantal dibangun
menggunakan lembaran tipis dari logam-spot dilas ke permukaan selembar tebal
dari logam.
Pelat tipis dilas dalam pola teratur
dari titik-titik atau dengan pola serpentin garis las. Setelah pengelasan
ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan yang cukup untuk menyebabkan logam
tipis untuk tonjolan di sekitar lasan, menyediakan ruang untuk cairan penukar
panas mengalir, dan menciptakan penampilan yang karakteristik bantal membengkak
terbentuk dari logam.
f.
Dynamic
scraped surface heat exchanger
Tipe lain dari penukar panas disebut
"(dinamis) besot permukaan heat exchanger". Ini terutama
digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan tinggi viskositas produk,
proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling aplikasi. Kali berjalan
panjang yang dicapai karena terus menerus menggores permukaan, sehingga
menghindari pengotoran dan mencapai kecepatan transfer panas yang berkelanjutan
selama proses tersebut.
g.
Phase-change
heat exchanger
Selain memanas atau pendinginan
cairan hanya dalam satu fasa, penukar panas dapat digunakan baik untuk
memanaskan cairan menguap (atau mendidih) atau digunakan sebagai kondensor
untuk mendinginkan uap dan mengembun ke cairan. Pada pabrik kimia dan kilang,
reboilers digunakan untuk memanaskan umpan masuk untuk menara distilasi sering
penukar panas .
Distilasi set-up biasanya
menggunakan kondensor untuk mengkondensasikan uap distilasi kembali ke dalam
cairan.Pembangkit tenaga listrik yang memiliki uap yang digerakkan turbin
biasanya menggunakan penukar panas untuk mendidihkan air menjadi uap.
Heat exchanger atau unit serupa
untuk memproduksi uap dari air yang sering disebut boiler atau generator uap. Dalam
pembangkit listrik tenaga nuklir yang disebut reaktor air bertekanan, penukar
panas khusus besar yang melewati panas dari sistem (pabrik reaktor) primer ke
sistem (pabrik uap) sekunder, uap memproduksi dari air dalam proses, disebut
generator uap. Semua pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir
menggunakan uap yang digerakkan turbin memiliki kondensor permukaan untuk
mengubah uap gas buang dari turbin ke kondensat (air) untuk digunakan kembali.
Untuk menghemat energi dan kapasitas
pendinginan dalam kimia dan tanaman lainnya, penukar panas regeneratif dapat
digunakan untuk mentransfer panas dari satu aliran yang perlu didinginkan ke
aliran yang perlu dipanaskan, seperti pendingin distilat dan pakan reboiler
pra-pemanasan.
Istilah ini juga dapat merujuk
kepada penukar panas yang mengandung bahan dalam struktur mereka yang memiliki
perubahan fasa. Hal ini biasanya padat ke fase cair karena perbedaan
volume kecil antara negara-negara ini. Perubahan fase efektif bertindak
sebagai buffer karena terjadi pada suhu konstan tetapi masih memungkinkan untuk
penukar panas untuk menerima panas tambahan. Salah satu contoh di mana ini
telah diteliti untuk digunakan dalam elektronik pesawat daya tinggi.
Gambar 6. Reboiler atau Generator
uap
3. Tipe
Aliran pada Alat Penukar Panas
Tipe aliran di dalam alat penukar
panas ini ada 4 macam aliran yaitu :
a.
Counter
current flow
(aliran berlawanan arah)
b.
Paralel
flow/co current flow (aliran searah)
c.
Cross
flow (aliran silang)
d.
Cross
counter flow (aliran silang berlawanan)
B. Komponen
Heat Exchanger
Pemindahan panas dalam heat exchanger dilakukan dengan
mengkontakkan dua fluida melalui suatu bidang pemanas. Fluida pemanas atau
pendingin berada dalam suatu jaket, didalampipa atau diluar pipa. Luas bidang
pemanas harus cukup (sesuai persamaan perpindahan panas dan kebutuhan panas ).
Adapun komponen-komponen dari heat exchanger antara lain:
1.
Heat Exchanger (HE)
Alat untuk
memanfaatkan panas suatu aliran fluida bagi pemanasan aliran fluida lainnya.
2.
Heater
Untuk memanaskan (menaikkan suhu) suatu fluida proses.
Sebagai pemanas digunakan
steam atau fluida panas lain yang ada.
3.
Cooler
Untuk pendinginan (menurunkan suhu) suatu fluida proses.
Sebagai pendingin digunakan air, udara, atau fluida lain yg perlu dipanaskan.
4.
Condensor
Pendingin (cooler) untuk mengembunkan (mengambil) panas
latennya.
5.
Evaporator
Untuk menguapkan air dari larutan dan memperoleh larutan
pekat.
6.
Vaporazer
Untuk menguapkan cairan/pelarut yang bukan air.
7.
Reboiler
Penyediankan panas untuk
menguapkan sebagian cairan, misalnya untuk distilasi, absorpsi, stripping.
C. Aliran Multi Pass
Alir fluida dalam
tube sering dibuat beberapa kali melewati shell. Dengan cara ini penampang
aliran dalam tube menjadi lebih kecil dan laju linier menjadi besar, sehingga
diperoleh koefisien perpindahan panas besar.
D. Aspek
Operasi dan Pemeliharaan
Salah satu masalah utama dalam pemeliharaan HE adalah
pengendapan kotoran (fouling) pada permukaan bidang perpindahan panas. Hal ini
menyebabkan peningkatan tahanan panas ( koef perpindahan panas mengecil).
Fouling juga menambahntahanan terhadap aliran fluida. Bertambahnya tambahan
memperbesar beda suhu rata-rata(LMTD).
Endapan yang membentuk kerak pada suatu tempat dapat
mengakibatkan pemanasan (meningkatkan suhu) yang berlebihan pada suatu tempat
dan dapat merusak pipa/tube (over heating).
Biasanya ”shelland tube heat exchanger” dirancangdengan
luas bidang pemanas yang berlebihan dari seharusnya sehingga penurunan
koefisien perpindahan panas tidak langsung mengakibatkan penyimpangan besar
kinerja(performance) heat exchanger tersebut.
Bila fouling telah melewati harga tertentu ( kerak
semakin tebal), kemampuan pelat/pipa sudah tidak lagi sebagaimana disyaratkan.
Sebelum hal ini terjadi , alat harus segera
dihentikan untuk dibersihkan keraknya.
Kinerja (kemampuan kerja) heat exchanger dapat dievaluasi
dengan membuat neraca panas. Untukm itu dikumpulkan data. Untuk memudahkan
penetapan kapan penghentian harus dilakukan, dapat dilakukan pengamatan perubahan
LMTD dan kehilangan tekanan pada tube (lihat grafik Δ P atau Δ T LMTD terhadap waktu. HE
Bila P dan / atau
LMTD telah mencapai suatu harga tertentu, berarti fouling sudah cukup banyak
dan harus dihentikan untuk dibersihkan.
Tiap heat exchanger punya harga batasnya sendiri-sendiri
yangb berlainan dan perlu diamati untuk menetapkan jadwal pemvbersihan, operasi
yang tepat (sesuai petunjuk yang diberikan) akan memperpanjang selang waktu
pembersihan dan umur heat exchanger.
Saat yang paling menentukan justru pada saat ”start Up”
dan ”shut down”, pada saat ini bisa terjadi kejutan panas (perubahan panas
tiba-tiba) dan hantaran hidrolik yang dapat menimbulkan tegangan berlebihan dan
tidak seimbang yang dapat merusak sambungan-sambungan, pipa, packing dan atau
timbul kebocoran.
Laju alir dalam sehell yang terlalu besar (berlebihan
dari seharusnya) dapat menimbulkan vibnrasi (getaran) yang sangat membahayakan.
DAFTAR PUSTAKA
Artono Koestoer, Raldi .”Perpindahan
Kalor”. Salemba Teknika. Jakarta 2002
Holman, JP. Alih bahasa E.Jasifi.
“Perpindahan Kalor”. Penerbit Erlangga.Jakarta.1995
MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot,
P, “ Unit Operation of Chemical Enginering”, 4th ed, Mc.Graw-Hill, New York,
1985, Chapter 11, 12, 15
Kern, DQ, “Process Heat Transfer”,
Mc.Graw-Hill, New York, 1965
Kays,W.M. and London, A.L, “Compact
Heat Exchanger”, 2 nd Edition McGraw-Hill, New York, 1964
Kern,D.Q. 1952.Process Heat
Transfer.
http://www.beck-fk.blogspot.com/2012/05/ alat-heat-exchanger.html
http://www.scribd.com/doc/72839539/5/Jenis-%E2%80%93-jenis-Heat-Exchanger
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18379/3/Chapter%20I
http://www.usu.ac.id/id/files/artikel/shell_Tube
Foust, A.S., et a1., Principles of
Unit Operations, John Wiley & Sons, New York, 1980.
Geankoplis, C.J., Transport Process
and Unit Operations, A11yn and Bacon Inc., 1987.
Holman, J.P., Heat Transfer, Mc Graw
Hill, New York, 1987.
Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P.,
Fundamental of Heat and Mass Transfer, John Wiley &
Sons, 2002.
Kern, D.Q., Process Heat Transfer,
Mc Graw Hill, New York, 1950.
McCabe, Smith dan Harriots, Unit
Operations in Chemical Engineering, Mc Graw
Hill,1985.
Richard C. Byrne, Standards of The
Tubular Exchanger Manufactures Association, Standars of The Turbular Exchanger
Manufactures Association, Inc: New York, 2000